Sika Arimita
Aditia
Gendre : Drama Comedy.
Soundtrack : Okumura in seigi no mikata
Author : Ikkiha Khoirunissa As Rizki Hidayati
readers = +14 years old
-original without editing- n no plagiarism
"woohh,, aku tidak sanggup melihat kebawah" ujar sika yang di pegangi tangannya oleh yuni "ayo kamu harus menghilangkan traumamu" "hwee,," "kok mual?" ujar yuni "kamu ini aneh yun, aku ini takut ketinggian tapi kamu malah menyuruhku naik ke lantai 5 dan membuatku melihat kebawah" "eh aku membantumu, untuk menghilangkan trauma" "hah sudahlah aku tidak tertarik dengan hal itu, biar Allah yang membuatnya hilang" ucap sika degan santainya dengan segera melaju turun ke lantai dasar dari huniannya alias apartement dimana ia tinggal.
Aku heran dengan sika itu, dia takut ketinggian, takut api, takut hewan yang bernama angsa, ayam dan unggas apapun, dan paling heran mengapa ia takut dengan laki-laki. Aku menemukan dia sebagai temanku saat dia berteriak minta tolong dilantai dasar, waktu itu kamarnya hampir habis karena api yang awalnya bersahabat menjadi lawan yang hampir mematikannya. Ternyata bukan itu saja ketakutannya, aku menemukannya lebih banyak lagi, karena itu sebagai teman yang baik aku memilih untuk membantunya bukan menjauhinya karena ketakutan itu, dasar gadis 20 tahun yang cengeng. Sika Arimita dan aku Yuni Anisa ada di salah satu pelajar Indonesia yang mengecap masa perkuliahan di Luar Daerah *kirain di luar Negeri. Aduh kejauhan mah, nanti dicariin mama terus kalau anak gadisnya jauh banget "Gleek".
Aneh rasanya sekolah diluar Jawa alias sumatera ini, penduduknya benar-benar kuat, kuat dalam bicara, Kuat memakan yang rasanya "Pedas". Sungguh ditempa agar kuat disini, aku pernah melihat sika dimarahi habis-habisan oleh "Fath-er" yang bad-tempered n like a Monster, dan mungkin itulah karakteristik orang-orang disini, karena itu aku merasa kasihan pada gadis dengan badan mungil dan pipi yang cubby itu. Oke, "i know what can i do to help sika" *sok ally.
Next Day. Aku meminta sika memasak dirumahku, namun ia menolak mendekati kompor, tapi itu kompor listrik, gak ada apinya "sika itu gak ada apinya kamu saja takut, gimana kalo ada?" "ihh,, walaupun tidak ada api tapi listrik yang diubah ke energi panas itukan mudah membakar sesuatu, dan kamu tahu kan hukum kekekalan energi berbicara "Energi tidak dapat dimusnakan hanya saja berubah bentuk", "kamu itu terlalu ilmiah sika, gimana kamu mau masak dan makan kalau seperti ini terus" ujarku ngotot padanya "hey,, uang bisa membeli semua makanan halal" ujarnya ketus "iya kalau jumlahnya banya, nah kalau lagi tipis" "ngirit yun, puasa senen wa kamis atau daud juaga boleh" "eh,, kenapa aku gak kepikiran kesitu yah" hehe ujarku tersipu malu.
Dia pun pulang, saat aku menutup pintu kamar "kleek" Astagfirullahulazim "aye lupa, pan tadi mau ngobatin traumanya dia dengan api, aduh babo cheorom" gumamku dan mendesah,, "Besok aku akan mencobanya lagi. tapi aku harus membuat strategi yang lebih baik".
Another day,, i see her but, she is running, and go away from my eyes. "Sika, kok kamu lari?" teriakku yang mengejar temanku itu "hah aku tak punya waktu untuk menjelaskannya padamu" jawabnya "baka, kalau tidak punya waktu kenapa kamu jawab pertanyaanku" ujar yuni, "you're still disturbing me, right?, yuni,, aku berusaha kabur dari Aditia" ucap sika "memangya dia kenapa? mau nyakitin kamu gitu, mana tuh orang biar saya yang atasi"* sok hebat yah. tiba-tiba aditia datang menghampiri kami "ahh,,, kenapa dia tetap mengejarku yun?" tanya sika dan menyumputkan diri dibelakangku "heh, ada apa? kamu mau nyakitin sika ni ceritanya?" "eh, ngomong apa sih kamu, aku minta jawaban tugas Heat and Mass Transfer yang kemaren itu loh, aku satu kelompok sama dia, kok dia lari begitu aku lari menujunya?" aditia bingung dan tak tahu kalau sika takut dengan laki-laki "hmm, kamu berlebihan sika" "iyya,, ini,,," dengan nada yang terputus-putus dan gemetar yang menyambar-nyambar, dia sedikitpun tak menatap aditia "gak beres nih anak" gumamku. Aku mengajak sika ketepian danau di seberang jalan yang kami lalui, aku benar-benar tak mengerti padanya, apakah dia adalah makhluk asing yang takut dengan semua hal "sika sadar donk, kamu itu banyak sekali takutnya" "tidak aku lebih nyaman dengan ini, ini tidak membahayakan hidupku" ujarnya "hmm,.. apapun hal yang kau lakukan entah sekarang atau suatu hari nanti, semuanya memiliki resiko, kau harus mengerti itu, dan menghilangkan penyakit "Takut" yang menghantui hidupmu. "Ah, sudahlah tidak usah membantu dan terlalu perhatian padaku, aku hanya akan menyusahkanmu saja, mengerti?" "kau ini, aku berniat menjadi teman baikmu, kau malah mengacuhkan perhatianku, apa maksudmu?" "tidak begitu, aku bermaksud untuk tidak membebani pikiranmu dengan mengobati "ketakutan" yang ada padaku, aku hanya berharap kau menjadi teman yang mengerti aku, itu saja cukup. "stranger girl" ujarku padanya "Never mind, sekarang aku tak peduli dengan perkataan orang aku memang begitu" "huh, bagaimana ini" aku masih belum kehabisan semangat untuk membantunya keluar dari penyakit "T-AKUT" itu,, hmm aku harus berpikir "...
To be continue >>>
Transtool
Father = Ayah
i know what can i do to help sika =
saya tahu apa yang bisa saya lakukan untuk membantu sika
ally = Pahlawan
like a Monster = seperti monster
Next Day = Keesokan hari
Another day = Hari lain
i see her but, she is running = saya melihat dia, tetapi ia berlari
and go away from my eyes = dan pergi dari hadapanku
you're still disturbing me, right = kamu mengangguku, ya kan?
Heat and Mass Transfer = Pindah Panas
stranger girl = gadis asing
Never mind = sudahlah
babo cheorom = orang bodoh
Baka = bodoh